
Bayangkan ini: Anda membuka aplikasi bank di ponsel Anda, memasukkan PIN atau sidik jari, lalu tiba-tiba data Anda bocor. Atau di sisi lain, data rahasia perusahaan tersimpan di server yang justru mudah diakses oleh hacker lewat celah konfigurasi. Mana yang lebih berisiko: aplikasi mobile atau server backend? Banyak orang berasumsi server adalah titik paling rentan, tapi kenyataannya aplikasi mobile juga punya tantangan serius sendiri. Dalam artikel ini kita akan membandingkan kedua sisi, menyajikan data dan fakta, serta membantu Anda (pemilik aplikasi, developer, manajer TI, perusahaan) memahami di mana fokus keamanan harus lebih ditekankan.
Kerangka Pembahasan
- Definisi dan ruang lingkup
- Ancaman & kerentanan khas pada aplikasi mobile
- Ancaman & kerentanan khas pada server (backend)
- Perbandingan risiko: tabel plus analisis
- Faktor pendukung mitigasi & proteksi
- Kesimpulan & rekomendasi
Definisi & Ruang Lingkup
Aplikasi mobile adalah perangkat lunak yang dijalankan langsung di ponsel pintar (Android / iOS). Ia berinteraksi dengan server-backend lewat API, menyimpan data lokal sesekali, dan menggunakan fitur perangkat seperti sensor, penyimpanan lokal, koneksi jaringan, dan lainnya.
Server backend (server aplikasi / server API / server database) adalah sistem yang berjalan di infrastruktur cloud atau fisik, menyimpan dan memproses data bisnis, mengelola logika aplikasi, otentikasi, otorisasi, dan menyediakan API yang dipanggil oleh aplikasi mobile atau web.
Jadi perbandingan ini melihat: kerentanan lokal di sisi klien (mobile) vs kerentanan di sisi server / backend.
Ancaman & Kerentanan Khas Aplikasi Mobile
Berikut beberapa ancaman dan kelemahan yang khas pada aplikasi mobile:
- Kredensial & penyimpanan rahasia yang tidak aman
Banyak aplikasi menyimpan token, kunci API, atau data sensitif secara “hardcoded” atau di penyimpanan lokal tanpa enkripsi kuat. - Reverse engineering & pembalikan kode (code reverse / dekompilasi)
Karena aplikasi mobile berupa binary yang berjalan di perangkat pengguna, attacker dapat membongkar dan mempelajari struktur internal aplikasi. - Insecure communication / intercept API calls
Jika aplikasi tidak menggunakan TLS, SSL pinning, atau sistem validasi yang kuat, komunikasi antara aplikasi dan server bisa disadap. - Components / third-party libraries rentan
Aplikasi sering memakai pustaka eksternal atau SDK pihak ketiga. Jika pustaka tersebut memiliki kelemahan, seluruh aplikasi jadi rentan. - Misconfigurations di sisi aplikasi (IABI / in-app browser, izin akses berlebihan)
Misalnya in-app browser dalam aplikasi memiliki kelemahan dalam tampilan URL, atau aplikasi meminta izin akses yang tak perlu. arXi - Koneksi dari lingkungan tidak aman / perangkat lawas
Perangkat yang tidak di-update atau sudah jailbreak/root lebih rentan. Sebagai contoh dari laporan 2025 Global Mobile Threat Report menunjukkan 25,3 % perangkat tidak dapat diperbarui karena umur (device age) dan menjadi risiko keamanan. zimperium.com - Tingkat kerentanan tinggi secara statistik
- Lebih dari 75 % aplikasi mengandung setidaknya satu kerentanan
- Dikutip dari phintraco-tech dalam studi server aplikasi untuk mobile apps
- data 69 % aplikasi memiliki ‘security smells’ (misconfigurations, komunikasi tidak aman, kebocoran versi)”
- Dalam studi aplikasi kesehatan (mHealth), ditemukan kelemahan seperti penyimpanan rahasia di kode, izin berlebihan, misconfiguration server, enkripsi lemah, dan komunikasi ke banyak domain.
Singkatnya, aplikasi mobile memiliki attack surface besar karena mereka menjalankan kode di perangkat pengguna yang berada di luar kendali langsung pemilik sistem.
Ancaman & Kerentanan Khas Server / Backend
Server juga bukan “zona aman” sempurna. Berikut ancaman khas di backend:
- Misconfigurasi server / header security / CORS / TLS
Pada penelitian “Security Smells Pervade Mobile App Servers”, lebih dari 69 % server yang dipakai aplikasi mobile memiliki misconfigurasi komunikasi, header lemah, kebocoran versi dan konfigurasi buruk. - Injection attacks
SQL injection, command injection, NoSQL injection, deserialization attacks jika input tidak disanitasi dengan baik. - Broken authentication / otorisasi
Jika token, session management, atau kontrol akses lemah, attacker bisa mengambil alih akun atau mengakses data yang seharusnya tidak diizinkan. - Data exposure / kebocoran data sensitif
Data pribadi, finansial, rahasia bisnis bisa bocor melalui backup tidak aman, log verbose, atau endpoint API yang terbuka. - Distributed Denial of Service (DDoS)
Server bisa kewalahan dan tersedia tidak stabil karena serangan lalu lintas besar. - Vulnerability dari dependensi dan framework server
Misalnya pustaka web framework yang punya bug, plugin pihak ketiga di server. - Eksposur API / endpoint internal
Jika endpoint internal tidak dilindungi, attacker bisa mengakses fungsionalitas internal. - Kurangnya patch / update sistem operasi dan middleware
Banyak serangan terjadi karena server belum diperbarui terhadap celah kritik.
Serangan lateral / eskalasi hak akses
Setelah mendapatkan akses ke satu server, attacker bisa menyebar ke sistem internal.
Perbandingan Risiko dalam Tabel
Berikut tabel perbandingan antara aplikasi mobile dan server backend:
Aspek / Faktor | Risiko di Aplikasi Mobile | Risiko di Server / Backend |
Attack Surface / Permukaan Serangan | Sangat luas (perangkat pengguna, jaringan publik, banyak OS) | Kurang luas dibanding mobile, tapi tetap besar jika banyak API endpoint |
Kontrol Lingkungan (environment control) | Minim perangkat berada di tangan pengguna | Lebih tinggi server berada di data center / cloud dengan kontrol fisik/virtual |
Reverse Engineering & Trafik Intercept | Sangat rentan terhadap pengamatan lokal, modifikasi | Lebih sulit karena tidak di perangkat pengguna langsung |
Dependensi / Library pihak ketiga | Langsung dijalankan di aplikasi jika library rentan, aplikasi menjadi lemah | Jika backend memakai banyak plugin / library, tetap memiliki risiko |
Kebutuhan pembaruan & patching | Terbatas oleh device pengguna, fragmentasi OS, ketergantungan pada pengguna | Bisa dikontrol tim DevOps / Sysadmin, perbarui terpusat |
Serangan volumetrik (DDoS) | Umumnya bukan target utama | Sangat mungkin menjadi target utama |
Kesalahan konfigurasi / header | Misconfiguration API, izin berlebih, protokol lemah | Misconfigurasi server, CORS, TLS, endpoint internal |
Statistik kerentanan | > 75 % aplikasi mengandung kerentanan (Build38) | > 69 % server mobile apps memiliki security smells (arXiv) |
Dampak jika disusupi | Data pengguna bocor, reputasi hancur, akses ke fungsi aplikasi | Data bisnis penting bocor, akses database, kerugian finansial |
Kemampuan mitigasi | Tergantung perangkat & kesiapan user | Tim DevOps / arsitektur bisa memproteksi lingkungan sebaik mungkin |
Analisis Singkat dari Tabel
- Aplikasi mobile punya attack surface yang lebih besar, lebih banyak variabel eksternal yang tak bisa dikendalikan (variabilitas device, jaringan publik, kebiasaan pengguna).
- Sebaliknya, server backend berada di lingkungan yang lebih terkendali sehingga potensi mitigasi bisa lebih besar, namun kerentanannya juga signifikan terutama bila ada kesalahan konfigurasi, dependensi rentan, atau kelemahan API.
- Statistik menunjukkan bahwa kerentanan di aplikasi dan server sama-sama tinggi: aplikasi > 75 % memiliki minimal satu cacat keamanan; server untuk aplikasi mobile lebih dari 69 % punya “security smells.”
Jadi tidak bisa serta merta bilang “aplikasi mobile lebih rentan” atau “server lebih rentan” konteks dan mitigasi sangat menentukan.
Faktor Pendukung Mitigasi & Proteksi
Agar keamanan lebih optimal, baik sisi aplikasi mobile maupun server harus diberdayakan mitigasi berikut:
Mitigasi untuk Aplikasi Mobile
- Enkripsi data lokal / penyimpanan sensitif
Simpan token / data pengguna secara terenkripsi, hindari penyimpanan data terbuka. - Penggunaan TLS + SSL pinning
Pastikan seluruh komunikasi aplikasi-server menggunakan TLS serta jika memungkinkan sertifikat pinning agar mencegah man-in-the-middle. - Obfuscation & proteksi runtime
Gunakan teknik obfuscation, RASP (Runtime Application Self-Protection) untuk mendeteksi modifikasi runtime. - Pemeriksaan integritas / anti-tampering
Cek apakah aplikasi telah dimodifikasi atau dijalankan di perangkat root/jailbreak. - Least privilege / izin minimal
Minta izin hanya yang benar-benar diperlukan dan batasi scope permission. - Update berkala & patching
Rilis update keamanan, henti dukungan untuk versi lama. - Keamanan rantai pasokan (supply chain)
Audit dan verifikasi keamanan library / SDK eksternal yang digunakan. OWASP Foundation+1 - Pengujian keamanan (VAPT, SAST, DAST, pentest)
Tes aplikasi secara komprehensif secara statis & dinamis.
Mitigasi untuk Server / Backend
- Hardening server & sistem operasi
Nonaktifkan layanan tak perlu, konfigurasi firewall, SELinux / AppArmor, patch OS. - Konfigurasi keamanan (header, CORS, TLS)
Pastikan konfigurasi header, TLS, CORS, dan keamanan endpoint sudah benar. - Input validation & sanitasi
Semua input dari aplikasi harus divalidasi dan disanitasi untuk cegah injection. - Kontrol akses & otorisasi yang ketat
Gunakan model role-based access control, token yang aman, verifikasi akses. - Penanganan log & audit
Log aktivitas, audit trail, deteksi anomali. - Rate limiting & proteksi DDoS
Batasi request dari satu sumber dan gunakan mitigasi DDoS. - Pembaruan dependensi & patch sistem
Selalu perbaharui library, framework, middleware. - Pemisahan lingkungan (segregasi, jaringan internal)
Isolasi komponen kritis (database, mikroservis) dalam subnet aman.
Kesimpulan & Rekomendasi
- Kedua sisi aplikasi mobile dan server backend memiliki risiko masing-masing.
- Aplikasi mobile rentan karena banyak faktor eksternal tak terkendali (device pengguna, jaringan publik, reverse engineering) dan statistik menunjukkan mayoritas aplikasi mengandung kerentanan.
- Server backend pun rentan terhadap misconfigurasi, kesalahan pemrograman, serangan API, DDoS, serta dependensi yang lemah.
- Yang membedakan bukan hanya “mana yang lebih berisiko” melainkan bagaimana mitigasi dan kontrol keamanan diterapkan.
Rekomendasi Praktis
- Mulailah dari pendekatan “security by design” pikirkan keamanan sejak perancangan aplikasi dan arsitektur backend.
- Lakukan audit keamanan secara berkala (VAPT/pentest) pada aplikasi mobile & backend.
- Alokasikan anggaran khusus untuk keamanan di kedua sisi.
- Edukasi tim developer agar sadar praktik coding aman.
- Gunakan prinsip defense in depth; jangan mengandalkan satu lapisan keamanan saja.
Ingin memastikan aplikasi mobile dan server Anda aman dari serangan? Mulailah dengan audit keamanan menyeluruh (VAPT & penetration testing) untuk kedua sistem. Hubungi tim keamanan siber Widya Security profesional untuk pendampingan dan review sistem Anda sekarang agar kerentanan diketahui dan diperbaiki sebelum menjadi masalah nyata.